Menemukan Frekuensi yang Tepat: Belajar dari Kegagalan dan Introspeksi Diri
Mencari frekuensi yang tepat dalam sebuah tim itu bukan perkara mudah. Ibarat mengarahkan kapal besar, setiap kru harus memiliki tujuan yang sama meskipun dengan peran yang berbeda. Sebesar apa pun ambisimu, jika lingkungan terdekat hanya memberikan komentar seperti, "Ide bagus," atau, "Rencana bagus," tanpa tindakan nyata, maka lupakan saja. Itu hanya sekadar opini, bukan dukungan. Apakah mereka benar-benar peduli? Mayoritas, jawabannya adalah tidak. Bahkan, yang setuju sekalipun sering kali terbawa oleh suara mayoritas.
Namun, ketika ide yang kamu ajukan mendapat kritik atau ditentang, jangan langsung mundur. Justru, ini adalah momen untuk menggali lebih dalam. Jika mereka bertanya, "Apa langkah selanjutnya?" itu adalah kesempatan. Buatlah arahan yang jelas. Dengan begitu, mereka mungkin saja tertarik untuk terlibat.
Membangun Tim dan Jatuh Bangun
Saat itu, aku sangat ambisius. Aku bermimpi membangun sebuah media di sosial media. Aku mengajak teman-temanku untuk bergabung, berharap mereka bisa menjadi bagian dari perjalanan ini. Tapi, kenyataannya berbeda. Mereka hanya mau "nebeng nama" tanpa kontribusi nyata. Akhirnya, aku memutuskan untuk berhenti.
Aku mencoba lagi. Kali ini, aku mengajak seorang teman untuk menjadi penulis di website yang aku kelola. Tujuanku sederhana: agar dia bisa belajar riset, menulis, dan memiliki portofolio sebagai bekal setelah lulus kuliah. Semua hasil kerja bisa dia klaim sebagai miliknya. Namun, dia tidak bertahan lama. Aku rasa, itu memang bukan passion-nya.
![]() |
online-pedia |
Aku tidak menyerah. Aku mencoba membuat media baru yang sesuai dengan minat dan keahlian temanku, yaitu sinematografi. Aku pikir, kali ini dia akan lebih antusias. Tapi, ternyata dia malah enggan. Bahkan, dia berkata dengan nada menyudutkan, "Enak ya jadi kamu, bisa punya pikiran ini-itu, sementara aku Nol terus kaya gini!" Serius? Saat itu aku benar-benar kecewa.
Melangkah Sendiri
Akhirnya, aku memutuskan untuk berjalan sendiri. Aku fokus mengelola website pribadiku. Semua kontennya aku buat sendiri, baik itu artikel reguler maupun artikel promosi seperti content placement. Di waktu luangku, aku juga berusaha berbenah, mencari pengalaman di perusahaan yang lebih kredibel untuk membangun karier.
![]() |
internship |
Media sosial yang pernah aku bangun hanya bertahan sebentar. Namun, dari sana aku belajar banyak hal. Sekarang, aku lebih aktif menulis di website pribadiku. Berkat monetisasi, aku bahkan bisa membeli berbagai sumber belajar baru untuk memperdalam pengetahuanku.
Pelajaran dari Kegagalan
Dari perjalanan ini, aku menyadari beberapa hal yang sangat penting:
1. Komunikasi ide itu krusial – Jangan hanya berharap orang lain mengerti, kita perlu menjelaskan ide dengan jelas.
2. Skill kepemimpinan sangat diperlukan – Memimpin tim butuh kemampuan untuk mengarahkan dan memotivasi anggota.
3. Memahami anggota tim adalah kunci – Tidak semua orang memiliki visi dan semangat yang sama dengan kita, dan itu tidak apa-apa.
Kegagalan ini tidak hanya mengajarkanku tentang orang lain, tetapi juga tentang diriku sendiri. Introspeksi adalah langkah penting untuk menjadi lebih baik. Kini, aku lebih percaya diri dengan langkahku, karena setiap keputusan yang aku ambil adalah bagian dari proses menuju kesuksesan yang lebih besar.